Rabu, 30 April 2014

Leadership Pembelajaran



Mata Kuliah    : Leadership Pembelajaran
Dosen              : Drs. H. Hartono, MM
Di suatu sekolah dasar negeri ada 2 orang guru dengan usia 52 tahun. Yang satu laki-laki dengan fisik yang kurang sempurna, di bagian penglihatannya tidak begitu jelas. Guru ini tidak disiplin karena sering tidak hadir / tidak melaksanakan tugas tanpa alasan bahkan sampai hitungan bulan. Yang satu lagi guru perempuan sering datang terlambat dengan kondisi jika diajak berkomunikasi  sering tidak nyambung, dalam melaksanakan tugasnya termasuk dalam pembuatan administrasinya, sehingga setiap tahun ada saja kelas yang menjadi korban karena diajar oleh guru tersebut.
Bagaimana solusi anda sebagai pemimpin pembelajaran apabila kasus tersebut terjadi di sekolah anda?
Penyebab guru tidak disiplin ada 2, karena sistem/peraturan yg lemah dan karena karakter/sifat pada diri guru tersebut :
Karena sistem, misalnya :
1)   adanya waktu toleransi guru boleh terlambat selama 5 menit.
2)   adanya toleransi absen tidak terbatas bagi guru yg minta izin atau cuti,
3)   adanya pengecualian bagi guru senior.
Karena Karakter/sifat, misalnya :
1)   Terlalu sering sakit, sehingga datang terlambat alasan sakit bahkan tidak bisa mengajar alasan sakit, padahal cuma sakit ringan ( tidak enak badan, sakit kepala dll).
2)   Mengutamakan pekerjaan diluar kegiatan sekolah, sehingga enggan mendapat tugas sekolah seperti, mengawas ujian, membuat soal ulangan, ekstrakurikulir dll.
Untuk memcahkan masalah ini, maka dilakukanlah tindakan sebagai berikut
1.    Menghapus aturan rumah tangga yang memberikan toleransi 5 menit boleh terlambat, menjadi 15 menit guru wajib datang sebelum jam masuk.
2.    Mengaudit absen secara rutin dan tidak memberi izin atau cuti bagi guru, kecuali sesuai dengan waktu yang dibutuhkannya, seminimal mungkin.
3.    Bersikap tegas kepada semua guru, artinya tidak pilih kasih, tua dan muda, jauh dan dekat, karena guru semua profesional dan memiliki transportasi yg canggih.
4.    Menyediakan dan mengaktifkan kotak obat, UKS dan dokter sekolah secara rutin, untuk melayani guru-guru dan siswa yg bermasalah dengan kesehatannya.
5.    Memberi teguran dan tindakan tegas, kepada guru yang aktif diluar dan tidak beres urusan sekolah, karena dikuatirkan menghambat program, menimbulkan kecemburuan, merusak wibawa kepala sekolah dll.
Menurut Daryanto (2006: 82-3), fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah berarti kepala sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
 pertama , perencanaan (planning ). Perencanaan pada dasarnya menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan,bagaimana melakukannya, dimana dilakukannya, oleh siapa dan kapan dil-akukan. Kegiatan-kegiatan sekolah harus direncanakan oleh kepala sekolah,hasilnya berupa rencana tahunan sekolah yang akan berlaku pada tahun ajaranberikutnya. Rencana tahunan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam programtahunan sekolah yang biasanya dibagi ke dalam dua program semester. Kedua, pengorganisasian (organizing ). Kepala sekolah sebagai pemimpinbertugas untuk menjadikan kegiatan-kegiatan sekolah berjalan dengan lancer,sehingga tujuan sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah perlu mengadakanpembagian kerja yang jelas bagi guru-guru (dan staf) yang menjadi anakbuahnya. Dengan pembagian kerja yang baik, pelimpahan wewenang dantanggung jawab yang tepat serta mengingat prinsip-prinsip pengorganisasiankiranya kegiatan sekolah akan berjalan lancar dan tujuan dapat tercapai. Ketiga, pengarahan (directing ). Pengarahan adalah kegiatan membimbinganak buah dengan jalan memberi perintah (komando), memberi petunjuk, men-dorong semangat kerja, menegakkan disiplin, dan memberikan berbagai usahalainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkandalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.Keempat, pengkoordinasian (coordinating ). Pengkoordinasian adalahkegiatan menghubungkan orang-orang dan tugas-tugas sehingga terjalin kesatu-an atau keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap sertatercegah dari timbulnya pertentangan, kekacauan, kekembaran (duplikasi), dankekosongan tindakan. Kelima, pengawasan (controlling ). Pengawasan adalah tindakan ataukegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja sesuai denganrencana, perintah, petunjuk atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetap-kan.Menurut Bacal (2002: ix-x), banyak manajer memfokuskan diri pada hal-hal yang salah. Bukannya berfokus pada perencanaan, mereka malah berfokuspada evaluasi. Mereka memfokuskan diri pada percakapan satu arah (manajer kepada karyawan) dan bukan pada dialog. Mereka berfokus pada formulir yang dituntut dan bukan pada komunikasi yang dibutuhkan semua orang untuk sukses. Mereka berfokus pada masa lalu dan bukan pada masa kini dan masadepan. Mereka memfokuskan diri pada menyalahkan dan bukan pada memeca-hkan masalah. Akibatnya, apa yang seharusnya merupakan upaya kooperatif antara manajer dan karyawan yang bekerja sama sebagai tim, berubah menjadiproses kaku dan penuh tekanan yang ingin dihindari oleh kedua belah pihak. Atau, menjadi kejar-kejaran yang tak berarti yang hanya menghasilkan waktu dantenaga.Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah menduduki dua jabatan pentinguntuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana telahdigariskan oleh peranturan perundang-undangan.
Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya (Anwar, 2003: 75). Sebagai pengelola pendidikan, berarti kepala sekolah bertanggungjawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu,sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) ke arah profesionalisme yang diharapkan. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yangberhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Dalam Bacal (2002: ix), komunikasi antara seorang manajer dan karyawannya merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan semangat dan motivasi staf, serta memungkinkan koordinasi diantara pekerjaan masing-masing karyawan agar dapat memberikan kontribusi kepada pencapaian sasaran perusahaan.